Bubur Sumsum Gula Aren

Kejadian ini terjadi tepat dua minggu setelah aku melahirkan (akhir November 2010) dan harus mulai masuk kuliah. Aku belum boleh naik kendaraan pribadi, bolehnya dianter atau naik angkot, karena proses melahirkannya tidak normal. Aku naik angkot, karena tidak ada yang nganter. Awalnya adalah suatu penyiksaan, karena disamping hari sangat terik, perutku masih terasa cenat cenut (SM#SH banget deh), namun aku mencoba me-reappraisal kondisi tersebut, supaya emosiku tetap baik.

Belum juga berhasil, naiklah dua orang ibu-ibu, dengan logat aneh (karena aku gak ngerti bahasanya) dan suara mereka keras sekali, ngobrol dengan santainya. Polusi untuk telingaku, sudah keras, gak tahu maknanya lagi. Aduh... aku mulai jengkel.. (gak lucu soalnya).

Bla... bla... bli... blu... (bahasa jawanya 'entek amek, kurang golek', maksudnya kalau topik pembicaraan habis, ya tidak ada istilah kurang bahan untuk dibicarakan). Berlanjut dan berlanjut, keras, ketawa ngakak, dan paling menjengkelkan adalah aku nggak mudeng bahasanya... (aku berpikir untuk mempelajari bahasa daerah lain supaya bisa membaca situasi).

Sampai akhirnya...ada ringtone (ponsel juadul, saking luamanya) berbunyi, dan bisa ditebak..volumenya disetel paling keras, padahal hanya SMS. Salah satu ibu bingung mencari ponselnya. Begitu tergenggam ponsel itu, dipejetlah tombol pembuka SMS, tetapi SMS itu tidak dengan mudah bisa dibaca. Ibu itu perlu mengangkat ponselnya jauh-jauh dari matanya, dan mulai ngomong dengan bahasa normal, "Huh! Dasar mata tua, udah gak kelihatan nih...!" dijauhkan lagi dan lagi, tetap aja gak kelihatan. Kulirik, dengan maksud mengetes mataku, apakah tulisannya terbaca olehku, dan ternyata layarnya sangat buram dan sudah lethek. Pantes aja gak kelihatan.

Usaha keras itu berlanjut, lagi...lagi... dan lagi, tapi tetap tidak membuahkan hasil. Tak terduga si Ibu ngomong padaku, "Neng tolong bacain dong!" dan menyerahkan ponselnya padaku. Aku sontak terkejut menerima tugas mendadak, lalu mencoba membaca, Si Ibu sudah sangat antusias ingin tahu, "Apa isinya, apa isinya?". Aku sepersekian detik tertegun, jengkel campur geli...lalu sedikit lirih kusuarakan, SMS itu hanya berbunyi, "Bubur sumsum gula aren... Assalamu'alaikum my pren". Dengan tersipu-sipu malu si Ibu bertanya lagi (tapi ini dengan suara pelan), "Dari siapa neng?" dan akupun harus membacakan nama pengirimnya... nasib-nasib, tapi ajaibnya cenat-cenut diperutku hilang, berganti rasa geli melihat tingkah polah mereka yang malu-malu gimana gitu...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Jakarta

Ngomong Inggris gak harus gaya British...

Menuju Diri Lebih Baik